Minggu, 15 Januari 2012

Contoh Program CSR yang dilakukan Telkomsel

Sukses menggelar program ICT Guru di 18 Kota se-Indonesia yang diikuti 2.800 guru bidang matematika pada tahun 2010 Telkomsel sebagai perusahaan “Good Coorporate Citizenship”,yang peduli pada dunia pendidikan tahun ini tahun ini Telkomsel kembali menjalankan program tersebut Sasarannya kali ini mencakup 22 kota di Tanah dengan peserta tidak hanya pendidik bidang matematika, namun juga pengajar ilmu fisika dan kimia.
Salah satu parameter sukses penerapan kegiatan corporate social responsibility (CSR) adalah pelaksanaan yang berkelanjutan. Hal itu pula yang menjadi prinsip dasar Telkomsel dalam mengimplementasikan program kegiatan CSR. Salah satunya adalah program CSR bidang pendidikan, ICT Guru sebagai salah satu aktivitas utama tanggung jawab sosial Telkomsel.
Telkomsel, tidak menempatkan CSR hanya sekedar komitmen, namun harus berkelanjutan dan terus memiliki nilai kreasi dan manfaat bagi negeri. Termasuk pada program CSR bidang pendidikan ICT Guru 2011. Tahun ini sasarannya selain guru matematika, juga melibatkan pengajar bidang fisika dan kimia. Dengan memperkenalkan pemanfaatan perangkat information and communications technology (ICT), kualitas dan kompetensi pengajar bidang tersebut dapat lebih ditingkatkan.”

Dari 22 kota se-Indonesia , di Kalimantan kegiatan ini akan dilaksanakan di kota Samarinda dan Palangkaraya.Di kota Samarinda, kegiatan  ICT (Information Communications Technology) Educations Center diikuti oleh 122 lebih guru Fisika SMU sederajat dari kota Samarinda, Tenggarong dan Balikpapan yang dilaksanakan di Hotel Mesra Samarinda. Program ICT Education Center ini berupa pelatihan selama dua hari tentang pendekatan praktis terbaru pembelajaran Fisika yang diharapkan mampu membantu proses belajar mengajar di sekolah.
Selaras dengan komitmen Telkomsel untuk turut mengembangkan kualitas SDM di Indonesia melalui sektor pendidikan sesuai dengan core bisnis yang dimiliknya, maka program ICT Education Center juga menggunakan pendekatan kombinasi antara metode pembelajaran yang aktif dengan penerapan teknologi sebagai penunjang metode pembelajarannya. “Pelatihan dalam program ICT Educations Center khususnya dalam bidang studi Fisika ini dilaksanakan sebagai bentuk sharing knowledge atau berbagi pengetahuan bersama tentang cara baru dalam pembelajaran Fisika ,” ujar Thomas Anda Siaga selaku Manager Branch Samarinda, dalam press release yang diterima Gerbangkaltim, Rabu sore (27/7/2011).
Menurutnya, “Pemilihan guru Fisika sebagai target dalam pelatihan ini, dikarenakan mata pelajaran ini pada umumnya sangat ditakuti oleh siswa. Ketakutan para siswa ini akan diperparah jika guru Fisika  dalam memberikan pengajaran tidak memberikan kemudahan pemahaman di bidang Fiska  itu sendiri.

Metode yang dibagi dalam pelatihan ini selaras sekaligus menunjang program Kementerian Pendidikan nasional bahkan ke arah sinergi. Saat ini Kementerian Pendidikan Nasional telah mengembangkan teknik metodologinya, sedangkan pelatihan ICT Education Center ini lebih menitikberatkan pada konten dengan banyak pendekatan termasuk dengan teknologi informasi dan komunikasi (ICT), sehingga materi pelajaran yang disampaikan ke siswa diharapkan lebih menyenangkan, lebih mudah penerapannya, sekaligus para guru nantinya akan selalu mendapatkan update bahan ajar untuk diimplementasikan di sekolah masing-masing melalui forum di website www.telkomselsahabatguru.com.
Kegiatan dilaksanakan selama tiga hari, di hari pertama peserta diberikan pelatihan meliputi: pre test scanning knowledge, overview modular dan ICT, edukasi situs www.telkomselsahabatguru.com, ICT untuk pelajaran terkait hingga bahan ajar berbentuk digital. Di hari kedua, materi yang diberikan berupa: modul ICT pelajaran terkait, membuat  
bahan ajar digital, dan diakhiri dengan sharing bahan ajar digital. Di hari ketiga akan dilakukan proses belajar bersama dan latihan soal dengan pelajar tingkat SMP dan SMU.
Inti program ICT Guru Telkomsel 2011 sendiri terbagi atas tiga kelompok besar aktivitas, yaitu: Off Air Event, mencakup pelatihan guru dan siswa, yang akan membahas tuntas mengenai bahan ajar serta update solusi (penyelesaian soal). Kemudian Online Retention Web Platform sebagai sesi diskusi mengenai ICT dengan materi berupa: sentra file bahan ajar, diseminasi online (coverage) dan forum. Selanjutnya pada tahap terakhir, V Books, peserta akan diperkenalkan dengan bahan ajar terkait berupa virtual pada website www.telkomselsahabatguru.com.
Melalui CSR ICT Guru dengan kemasan baru serta jangkauan lokasi dan peserta program yang lebih luas, Telkomsel  optimis, kualitas dan kompetensi guru matematika, fisika, dan kimia akan dapat memenuhi standar pendidikan nasional yang mutunya terus ditingkatkan oleh pemerintah. Telkomsel berkomitmen untuk membangun generasi muda Indonesia dan mendorong masyarakat Indonesia untuk terus maju membangun bangsa. Karena Telkomsel hadir untuk Indonesia, Telkomsel Paling Indonesia.

“Sebagai kelanjutan pelatihan ICT Education Center ini, Telkomsel juga telah memberikan sebuah wadah bagi para guru di Indonesia untuk saling bertukar pikiran sekaligus berinteraksi dengan sesama guru di seluruh Indonesia. Aplikasi ini dapat diakses melalui internet dengan alamat www.telkomselsahabatguru.com, di mana dalam aplikasi tersebut akan tersedia bahan ajar, solusi dan simulasi pemecahan soal, latihan soal, video tutorial, e-book, tips dan trik menjawab soal matematika, Fisika dan Kimia dan  forum komunikasi guru,” pungkas  Thomas
Pelatihan ICT Education Center ini merupakan wujud dari CSR (Corporate Social Responsibilty) Telkomsel dalam bidang pendidikan serta internet sehat dengan menggandeng Musyawarah Guru Mata Pelajaran. “Guru sebagai figur yang akan membawa masa depan bangsa Indonesia, sekaligus sebagai leading role bagi pendidikan di Indonesia, harus mendapatkan sebuah peningkatan kualitas yang berkesinambungan,” tambah Thomas lagi.
Menurut Trainer ICT Program Telkomsel, selama dua hari pelatihan, pihaknya memberikan pendalaman materi termasuk sharing tentang masalah yang sering dihadapi guru, tes masuk perguruan tinggi dan yang paling penting adalah konten.
Jika selama ini diknas lebih ke metodologi, kami mengambil metode yang berbeda. Yakni focus pada konten dengan banyak pendekatan, sehingga materi yang disampaikan nanti ke muird bisa lebih menyenangkan. Selain itu gurupun lebih mudah menerapkannya.
Dalam progam ITC ini, peserta akan mendapatkan metode pembelajaran yang efektif dengan cara penyampaian yang menarik. Selain itun peserta juga diberikan update bahan ajar, latihan soal, contoh soal berikut metode penyelesaian soal tambahan materi menjelang Ujian Nasional, UMPTN atau Olimpiade Fisika.
Konten harus selalu di up-date setiap tahun. Kalau konten sudah dikuasai, mereka akan siap, tak perlu kesulitan menghadapi perubahan kurikulum. Gurunya pintar, muridpun akan pintar, jelasnya.
Kegiatan pelatihan ICT ini dilakukan bersama Musyawarah Guru  Mata Pelajaran (MGMP) yang merupakan wadah para guru tingkat SMP dan SMU di suatu kabupaten dan memiliki kesamaan pengajaran.

Kesimpulan: Sebagai perusahaan yang memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan, Telkomsel mendukung bidang pendidikan dengan mengadakan information and communications technology (ICT) bagi guru-guru diKaltim, dengan harapan, setelah mendapatkan ICT para guru
terbantu dalam memberikan informasi dan penyampaian bahan mata pelajaran sehingga mudah dimengerti dan dipelajari oleh para siswa.
Langkah yang ditempuh oleh Telkomsel, perlu kita dukung dan pengembangan terhadap informasi dan teknologi tidak hanya dirasakan oleh guru-guru  atau pengajar di kota-kota besar di Indonesia, diharapkan dapat juga dirasakan oleh pengajar yang ada di pelosok daerah di Indonesia.

Sumber: http://gerbangkaltim.com/program-ict-telkomsel-bantu-122-guru-di-kaltim.html


Jumat, 13 Januari 2012

Koperasi Indonesia Menghadapi Era Globalisasi

Tak dapat disangkal, bahwa masyarakat di berbagai belahan dunia, atau negara sebagai representasi institusional secara keseluruhan, telah memasuki suatu medan globalisasi yang dicirikan salah satunya melalui perdagangan bebas. Berbagai kesepakatan, jalinan kerjasama, perjanjian multilateral, berbagai kelompok negara maju dan berkembang, penyatuan mata uang, dan lain-lain, merupakan suatu wujud dari lintas batas geografis-regional menuju pada kepentingan ekonomi internasional yang tak terhindarkan.

Demikian juga yang terjadi di Indonesia. Sebuah babak baru menuju perdagangan bebas, baik dalam lingkup regional di kawasan ASEAN melalui AFTA maupun kesepakatan yang dijalin melalui G-8 atau G-15, ke semuanya ini merupakan bukti tentang jaring keterlibatan antar negara di wilayah internasional tengah berlangsung, dengan berbagai pengaruh maupun dampak yang diakibatkannya.

Khusus di bidang ekonomi, globalisasi menampilkan bentuknya dengan prinsip perdagangan bebas dan perdagangan di tingkat dunia (world trade). Berbagai institusi-institusi perekonomian dunia akan "dipaksa" untuk mengikuti pergulatan di dalamnya, termasuk dalam hal ini tentu saja berlaku bagi badan-badan usaha koperasi yang banyak digeluti oleh usaha ekonomi rakyat di Indonesia.

Sekilas, jika melihat tentang krisis moneter yang bcrlanjut sampai sekarang, koperasi dan usaha kecil membuktikan dirinya sebagai pelaku ekonomi yang tangguh dan unggul, misalnya dalam menanggulangi malsalah pengangguran dan kemiskinan. Terdapat harapan bahwa pengembangan peran terhadap kedua pelaku ekonomi tersebut dapat menjadi tumpuan pemasok devisa negara yang sangat penting artinya dalam proses pemulihan ekonomi nasional. Namun hal itu menuntut pengembangan kualitas SDM, mulai dari tingkat perencanaan, teknis, sampai dengan tingkat pelaksanaan di lapangan, penguasaan teknologi, dan dukungan sarana, prasarana, serta lembaga pendukung. Untuk itu diperlukan SDM yang mempunyai kemampuan untuk menguasai teknologi, SDM yang mampu menciptakan kegiatan produksi dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi, mampu menciptakan inovasi dan perubahan-perubahan yang diperlukan serta mampu mengelola sumber daya dan sumber dana yang efisien dan produktif dalam proses produksi, diiringi dengan peningkatan kesejahteraan.

Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang sudah diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang dikenal sebagai golongan ekonomi lemah. Strata ini biasanya berasal dari kelompok masyarakat kelas menengah kebawah. Eksistensi koperasi memang merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak satu lembaga sejenis lainnya yang mampu menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan menjadi penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya. Lembaga koperasi oleh banyak kalangan, diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata kehidupan bangsa Indonesia. Di dalamnya terkandung muatan menolong diri sendiri, kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong royong), dan beberapa esensi moral lainnya. Sangat banyak orang mengetahui tentang koperasi meski belum tentu sama pemahamannya, apalagi juga hanya sebagian kecil dari populasi bangsa ini yang mampu berkoperasi secara benar dan konsisten.

Dalam bidang pertanian, Menurut Dr. Ir. Muslimin Nasution, APU,  Mengenai jumlah SDM dan angkatan kerja di Indonesia, setidaknya terdapat tiga hal yang menarik, yaitu pertama, jumlah masyarakat petani di Indonesia secara absolut dan juga relatif masih sangat besar. perdua, struktur tenaga kerja yang bergerak di sektor pertanian ini didominasi oleh banyaknya buruh tani dan pekerja keluarga, dan ketiga, hanya 0,2 persen tenaga kerja pertanian yang berpendidikan tinggi. Ditinjau dari tingkat pendidikan, kesehatan, dan penguasaan iptek dengan menggunakan pengukuran Human Development Index (HDI) tahun 1996 versi UNDP Indonesia masih masuk pada peringkat 102 dengan nilai HDI 0,641; Philipina mencapai peringkat 95 dengan nilai HDI sebesar 0,832. Vietnam masih berada di bawah peringkat Indonesia dengan nilai 0,540 dan menduduki peringkat 121. Beberapa negara ASEAN lainnya, seperti Thailand dan Malaysia menduduki peringkat 52 dan 53, dengan nilai HDI masing-masing adalah 0,832 dal. 0,826. Dari perbandingan nilai-nilai tersebut dapat dikatahui bahwa Indonesia perlu mempersiapkan SDMnya secara lebih mantap dan mendasar bagi pembangunan mendatang.

Rendahnya kuallitas SDM di pedesaan terutama disebabkan rata-rata tingkat pendapatan di pedesaan masih rendah. Jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan telah berhasil ditekan yaitu dari sekitar 60 juta orang atau 70 % dari jumlah penduduk pada tahun 1970, menjadi 25,9 juta atau sekitar 13,7 % dari jumlah penduduk pada tahun 1993. Dilain pihak, masih terdapat 20.633 desa yang digolongkan tertinggal, yang seharusnya menjadi garapan badan usaha koperasi pertanian.

Dalam bidang SDM, Indonesia juga mengalami persoalan yang tidak kalah peliknya, khusus di bidang ketenagakerjaan. Sesungguhnya bukan merupakan tanggung-jawab satu instansi saja melainkan merupakan tanggung-jawab bersama antara lembaga pendidikan dan pelatihan, termasuk perguruan tinggi sebagai penyedia tenaga kerja, masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan, dan pemerintah sebagai katalisator pembangunan sekaligus pemakai jasa pendidikan.

Terdapat dua langkah penting yang perlu dipertimbangkan. Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah:
1.      Pembangunan sistem pendidikan dan pelatihan yang diusahakan memenuhi kebutuhan pasar dan dunia usaha dalam kerangka pengembangan ekonomi kerakyatan. Dalam hal ini kalangan perguruan tinggi seyogyanya memantau orientasi pembangunan masa depan dan juga fleksibel/luwes dalam menyesuaikan antara silabus pendidikan dengan kebutuhan koperasi, dunia usaha serta industri.

2. Pembangunan sistem informasi hams terkait dengan semua sarana pengembangan ekonomi kerakyatan, termasuk dalam komoditi dan angkatan kerja. Penciptaan sistem ekonomi sangat terkait dengan informasi maupun sektor-sektor lain seperti komoditi, angkatan dan lapangan kerja maupun distribusinya.